Posting cerita kali ini saya ambil dari buku karangan Emha Ainun Nadjib, secara tidak sengaja saya membongkar-bongkar buku ayah saya di rak perpustakaannya, setalah lama mencari-cari, akhirnya saya menemukan judul buku yang menarik yaitu "Slilit Sang Kiyai". Berikut ceritanya:
Tidak jelas apa bahasa Indonesianya, tapi biasa disebut slilit. Kalau habis ditraktirr makan sate, biasanya ada serabut kecil sisa daging nyelip diantara gigi, itulah "Slilit".
Kata slilit ini sama sekali tak penting. Tak pernah jadi urusan nasional. Tak berkaitan dengan setiap kampanye pembangunan. Koran tak pernah meng-Cover nya. Para ilmuwan atau penyair tak pernah mengingatnya. Bahkan satu-satunya produksi ekonomi yang punya urusan denganya disebut "tusuk gigi', bukan "tusuk slilit". Padahal slilitlah yang ditusuk.
Namun begitulah, slilit pernah memusingkan seorang kyai di alam kuburnya, bahkan mengancam kemungkinan tidak suksesnya masuk syurga. Ceritanya dia mendadak dipanggil Tuhan, setelah para muridnya selesai menguburkan sang kiyai, mereka lembur mengaji berhari-hari agar diperkenankan bertemu dengan roh beliau. Allah pun maha memungkinkan segala kejadian, akhirnya dalam mimpi para santri itu, roh kiyai itu pun menemui mereka.
Terjadilah percakapan singkat:
Murid:"Bagaimana nasib pak kiyai disana?"
Kiyai:"Alhamdulillah Baik-baik nak..., dosa-dosaku umumnya diampuni, amalku diterima. Cuma ada satu hal yang membuatku Masygul. Kalian ingat waktu aku memimpin kenduri di rumah pak Kusen?, sehabis makan bareng, hadirin berebut menyalamiku, hingga tak sempat aku mengurus mulutku yang terselip sisa makanan. Ketika ditengah jalan menuju pulang, barulah aku bisa melakukan slilit. Karena lupa tidak membawa tusuk gigi, maka aku mengambil potongan kayu kecil dari pagar milik orang. sekarang alangkah sedihnya aku tak sempat meminta maaf pada pemiliknya. Apakah Allah akan mengampuniku?" (Tanya kiyai kepada dirinya, dengan rasa menyesal dan kecewa).
Para santri pun turut sedih dengan kesusahan kiyai di alam barzah itu. Mereka pun membayangkan nasib kiyai nya di alam sana.
Coba kita bayangkan, potongan ranting saja bisa menyusahkan kita di alam barzah, apalagi pelaku penebangan hutan ilegal/para pembuat dosa tiap harinya. Na'udzubillahmindzalik
Tidak jelas apa bahasa Indonesianya, tapi biasa disebut slilit. Kalau habis ditraktirr makan sate, biasanya ada serabut kecil sisa daging nyelip diantara gigi, itulah "Slilit".
Kata slilit ini sama sekali tak penting. Tak pernah jadi urusan nasional. Tak berkaitan dengan setiap kampanye pembangunan. Koran tak pernah meng-Cover nya. Para ilmuwan atau penyair tak pernah mengingatnya. Bahkan satu-satunya produksi ekonomi yang punya urusan denganya disebut "tusuk gigi', bukan "tusuk slilit". Padahal slilitlah yang ditusuk.
Namun begitulah, slilit pernah memusingkan seorang kyai di alam kuburnya, bahkan mengancam kemungkinan tidak suksesnya masuk syurga. Ceritanya dia mendadak dipanggil Tuhan, setelah para muridnya selesai menguburkan sang kiyai, mereka lembur mengaji berhari-hari agar diperkenankan bertemu dengan roh beliau. Allah pun maha memungkinkan segala kejadian, akhirnya dalam mimpi para santri itu, roh kiyai itu pun menemui mereka.
Terjadilah percakapan singkat:
Murid:"Bagaimana nasib pak kiyai disana?"
Kiyai:"Alhamdulillah Baik-baik nak..., dosa-dosaku umumnya diampuni, amalku diterima. Cuma ada satu hal yang membuatku Masygul. Kalian ingat waktu aku memimpin kenduri di rumah pak Kusen?, sehabis makan bareng, hadirin berebut menyalamiku, hingga tak sempat aku mengurus mulutku yang terselip sisa makanan. Ketika ditengah jalan menuju pulang, barulah aku bisa melakukan slilit. Karena lupa tidak membawa tusuk gigi, maka aku mengambil potongan kayu kecil dari pagar milik orang. sekarang alangkah sedihnya aku tak sempat meminta maaf pada pemiliknya. Apakah Allah akan mengampuniku?" (Tanya kiyai kepada dirinya, dengan rasa menyesal dan kecewa).
Para santri pun turut sedih dengan kesusahan kiyai di alam barzah itu. Mereka pun membayangkan nasib kiyai nya di alam sana.
Coba kita bayangkan, potongan ranting saja bisa menyusahkan kita di alam barzah, apalagi pelaku penebangan hutan ilegal/para pembuat dosa tiap harinya. Na'udzubillahmindzalik
0 comments::
Post a Comment
Terima Kasih Atas Komentar Anda